Minggu, 01 Juli 2012

TANGISAN KESEPIAN


Kusebut namamu yang indah di hati..
Sebelum ku melepasmu pergi..
Namun rasa ini tak ingin kau pergi..
Kukan tetap disini menanti dirimu..
Biarkanlah hatiku merindukanmu..
Hanya dirimu yang mengerti aku..
Kepergianmu membuatku ingin bersamamu..
Biar kutangis dalam kesepian..
Andai saja rindu ini terbalas..
Ku tak berharap diriku istimewa untukmu..

Tapi ku berharap suatu hari nanti..
Hati ini bisa bersamamu lagi.

KEBENCIAN BIDADARI


Masih belum membasuh luka
kau datang lagi dengan sepenggal kisah lalu
jika saja ini buku, akan kubakar dan hilang semua
tapi ini kau…
Ada luka yang masih bertahta disana
dihati yang telah kau sakiti
baik kah aku? Bodoh kah aku? Atau inikah caramu? Aku tak tau…
kini mimpiku tlah terpejam menanti gelap
mengais kebencian yang membuatku mengerti

Mestinya kau tau hatiku tak sekuat itu
kebencian ini tak bisa hilang karena sirnanya dunia
aku ingin malam tuk selamanya
agar wajahmu tak terlihat jelas, agar bayangmu tak tampak dariku
aku tak ingin kau datangi lagi hatiku
meski untuk satu waktu saja

jika harus mati. Aku ingin tetap membawa kebencian ini
karena inilah sayapku
sayap yang akan membawaku pergi
untuk melupakanmu


KAU WANITA IBLIS BERWAJAH PERI

Kau wanita berhati iblis berwajah peri
Yang mengasah airmata menjadi belati
Tubuhmu racun yang merupa madu
Sarana untuk lacurkan apa yang kau tuju



Di bibirmu, terapal doa-doa api
Membakar ajaran kitab-kitab suci
Airsusu pertamamu. Janji kelahiran
Sebagai kepastian kematian



Oo, samudera merah
Oo, langkah tak berarah



Engkau kekasih, berhati iblis berwajah peri
--yang bercinta dengan meneteskan airmata di pipi
Namun, belati kau tusukkan ke punggungku
Di percintaan terakhir kau dan aku

DEMI IMPIAN


Meski luka menghias di dinding jiwa…
Meski raga sepi ditinggal pergi teman sejati…
Namun langkahku tak berhenti…
Hanya sampai di sini……
Karena kini ku tak peduli lagi..
Sakit yang terlukis dihati
Teman yang tak lagi ingin temani…
Kerana aku akan tetap melangkah…
Wujudkan mimpiku…
Demi impianku…
Lelah ku kan tetap berlari.,.
Letih ku kan tetap melangkah..
Demi impianku..
Demi cita-cita yang telah
Sekian lama kulukis dalam
Lembaran kisah hidupku….

Tertawalah kau diatas penderitaanku, aku akan bahagia diatas kebahagiaanmu


Aku ini manusia. Pernah menangis pernah tertawa. Pernah “tinggi” pernah juga rendah dan “jatuh”. Pernah sangat hati-hati, pernah juga sangat ceroboh. Kemaren aku bilang, aku sedih. Tapi sekarang aku bilang, aku gembira. Kalau ada yang mengira aku gila, mungkin itu betul. Tapi sebetulnya saat kamu menyebutku gila, kamu juga gila. Kita terperangkap oleh kata gila yang kita sendiri bingung menjabarkan kegilaan yang kita rasakan. Hari ini, selang seling perasaan mengisi hati. Lalu aku bertanya, sampai manakah aku menggila? Kau bengong, lebih tepatnya manyun. Kau juga gila rupanya.

Aku pernah memegang pisau, dan dengannya aku pernah ingin mengiris nadi di lenganku. Tapi apa kau tahu, bahwa tawamu yang terbahak-bahak bagai setan itu mengurungkan niatku karena ternyata kau sudah menungguku di gerbang neraka. Aku juga pernah melarikan diri dengan mobil jeepku, bukan sekedar lari tapi berkelebat cepat laksana petarung dengan ilmu ginkhang tingkat tinggi pada kecepatan 120km/jam demi mengejar kematian. Tapi apa kau tahu, seringai buasmu bak serigala setahun tak makan itu membuatku mendadak menginjak rem sampai habis. Pengejaran ujung nyawa itu berakhir karena aku tak mau mati demi setan berjubah yang berpesta pora di neraka sana.

Aku ini wanita, tetapi juga kadang bagai laki-laki. Hatiku lembut, tapi aku kuat dan tangguh. Kalaupun bicaraku menjadi keras dan hampir terdengar kasar, itu karena aku tegas kepada para pecundang dan petarung jalanan yang pengecut. Aku pandai berkuda, tapi aku juga singgah didapur untuk memasak. Meskipun hanya bisa menggoreng telur mata kerbau. Kadang aku mencuci sendiri bajuku, tapi dilain waktu aku juga mencuci sendiri mobilku. Aku wanita, tapi aku bukan lemah. Aku juga seperti laki-laki, tapi aku bukan penakluk wanita yang hanya bisa mempesona dengan rayuan gombal.

Aku ini mungkin, anak kemaren sore yang masih belajar memaknai cinta. Tapi, usia sudah lebih dari cukup untuk menjadi seorang nenek, eh bukan ding...seorang ibu/istri/wanita dewasa yang telah matang. Tapi aku masih saja seperti remaja 17belas tahun yang berbinar-binar bila bicara soal cinta. Atau lebih tepatnya hmm....bukan itu maksudku, (mirip mungkin) seperti remaja yang masih perlu banyak bimbingan dan pengajaran (ini yang kumaksud). Kamu kan tahu, aku ini pernah jatuh dan berdarah-darah, tapi bukan berarti aku tidak bisa sembuh lho....hanya perlu waktu. Kata bu dokter, resepnya harus terus ditebus. Ini artinya, perlu kesabaran tinggi. Baik yang dibimbing maupun yang membimbing.

Tapi hari ini, aku ingin menangis sambil menulis. Atau tepatnya menulis sambil menangis. Bukan karena cinta, tapi karena kata. Kata memang sungguh bahaya ya. ia begitu bermanfaat bila disampaikan dengan baik, tapi begitu sakit bila dipakai untuk menusuk. Baiklah, sekarang aku akan mengakhiri tulisan ini dengan menghentikan tangis, lalu ku ukir sebentuk senyum dipenghujungnya. Sambil kucoba merangkai kata ini:

“Tertawalah kau diatas penderitaanku, maka aku akan BAHAGIA diatas kebahagiaanmu..”

 
PUISI KELAM © Copyright | Template By LASKAR PELAYAN KEGELAPAN |